BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pergeseran paradigma dalam
pendidikan yang semula terpusat menjadi desentralisasi membawa konsekuensi
dalam pengelolaan pendidikan khususnya di tingkat sekolah. Pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah yang secara
langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pendidikan. Kebijakan tersebut dapat dimaknai sebagai pemberian otonom yang
seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk di dalam
berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model-model pembelajaran. Kondisi
ini sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk meningkatkan
kualitas mutu pendidikan. Karena salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia adalah pendidikan, sehingga kualitas pendidikan harus
senantiasa ditingkatkan (Mulyasa, 2003:1).
Proses belajar mengajar yang baik dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, dalam pencapaian
tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan/kondisi belajar yang
baik. Sistem lingkungan yang baik terdiri dari komponen-komponen pendukung
antara lain tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan
dalam mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang
tersedia. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa komponen-komponen pada proses belajar mengajar saling terkait
satu dengan yang lainnya. Belajar-mengajar dapat dicapai melalui proses yang
bersifat aktif, dalam hal ini siswa menggunakan seluruh kemampuan dasar yang
dimilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar mampu memahami
materi pembelajaran, dengan demikian siswa dituntut untuk aktif dalam proses
pembelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh guru sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Maka
diperlukanlah model pembelajaran yang
dapat merangsang antusias belajar siswa, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif telah
banyak diterapkan oleh guru, pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2008: 35). Pemilihan metode dalam pembelajaran kooperatif menjadi salah satu
hal yang penting karena tidak semua metode dalam model pembelajaran kooperatif
dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam menerima pelajaran dan
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Teams Games Tournament (TGT) adalah salah
satu metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik dan
menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2009: 165). Metode pembelajaran TGT
ini menempatkan siswa dari berbagai tingkat prestasi ke dalam satu kelompok,
sehingga siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah dapat bertanya
kepada siswa lain yang memiliki kemampuan akademik yang
tinggi. Adanya kesempatan bertanya kepada siswa yang memiliki kemampuan
akademik yang tinggi menjadikan siswa berkemampuan akademik rendah dapat
memahami materi dengan lebih baik.
Salah satu kompetensi yang harus
dikuasai siswa kelas V adalah memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Pada mata pelajaran ini guru
tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi dengan baik, akan tetapi guru
juga dituntut untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam menanggapi materi yang
disampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
secara aktif dalam pelajaran. Permasalahan lainnya adalah siswa cenderung pasif
dalam proses belajar mengajar, permasalahan tersebut timbul karena guru kurang
variatif dalam menggunakan metode mengajar. Metode mengajar yang digunakan guru
adalah metode konvensional (ceramah bervariasi), beberapa siswa mengatakatan
bahwa metode pembelajaran yang monoton tersebut mengakibatkan siswa menjadi
jenuh sehingga motivasi siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar rendah.
Kondisi kelas yang cenderung pasif dapat mengakibatkan proses pembelajaran
kurang optimal, sehingga perlu diadakan suatu perbaikan metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Berdasarkan hasil observasi
pada kondisi awal dapat diketahui bahwa siswa tampak memperhatikan penjelasan
guru akan tetapi beberapa waktu kemudian siswa mulai ramai. Ada yang menggambar
ada juga yang berbincang-bincang dengan temannya. Dari jumlah siswa 20 orang,
hanya ± 50% saja yang siap
untuk belajar, aktif dalam apersepsi, antusias terhadap kegiatan pembelajaran,
ingin bertanya, dan mengungkapkan pendapat. Sedangkan untuk kriteria menjawab
sapaan guru dengan salam, antusiasme terhadap materi pembelajaran,
memperhatikan penjelasan guru, dan kejujuran siswa dalam mengerjakan tes
terdapat ± 75% siswa sudah memperlihatkannya.
Pada kondisi awal memang banyak
siswa yang kurang semangat mengikuti pelajaran. Terlihat dari sebagian besar
siswa yang bermalas-malasan. Hal tersebut dikarenakan mereka belum sepenuhnya
mampu mengikuti pelajaran. Berdasarkan hasil tes, kemampuan siswa dalam
memahami materi masih tergolong rendah. Hasil analisis terhadap hasil belajar
siswa menyatakan bahwa 1 orang
siswa (5%) memperoleh nilai 80,3 orang siswa (15%) memperolehnilai 70, 10 orang
siswa (50%) memperoleh nilai 60, 4 orang siswa (20%) yang memperoleh nilai 50,
dan2 orang siswa (10%) mendapat nilai 40. Hal inimenunjukkan bahwa dari 20 orang siswa
kelas V SD …. hanya 5 orang saja yang mendapat nilai ≥ 70. Ini berarti bahwa
ketuntasan belajar hanya 20% saja dengan tingkat penguasaan
materi 58,5%.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti, terdapat beberapa fakta yang diperoleh, yaitu:
1.
Pada kondisi awal siswa
masih terlihat kurang fokus terhadap materi.
2.
Nilai siswa pada kondisi
awal masih rendah, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang
ditentukan sekolah.
Pada penelitian yang telah dilakukan
oleh para ahli dan beberapa peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) seperti yang terangkum
dalam Slavin (2009: 167) memiliki peran yang besar dalam menumbuhkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar
mengajar serta meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Begitu pula dengan kondisi yang terjadi pada SD … khususnya kelas
V, diharapkan dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode Teams GamesTournaments (TGT), sehingga mereka akan mampu memahami materi pembelajaran dengan baik.
Berkaitan dengan fenomena di
atas peneliti tertarik untuk menerapkan metode TGT ini sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA. Penelitian
ini akan dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
“PENERAPAN METODE TGT
(TEAMS GAME TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERUBAHAN YANG
TERJADI DI ALAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA ALAM SISWA KELAS
V SD …. TAHUN PELAJARAN ….”.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun pokok permasalahan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses
pembelajaran dengan menerapkan metode TGT dalam meningkatkan kemampuan memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam siswa kelas V SD …. tahun
pelajaran ….?
2.
Apakah metode TGT efektif dalam meningkatkan kemampuan memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam siswa
kelas V SD …. tahun pelajaran ….?
C.
TujuanPenelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1.
Mendeskripsikan
pembelajaran dengan menerapkan metode TGT dalam meningkatkan kemampuan memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam siswa kelas V SD …. tahun
pelajaran ….?
2.
Mengetahui efektivitas
metode TGT dalam meningkatkan kemampuan memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam siswa kelas V SD …. tahun
pelajaran …..
D. Kontribusi
Hasil Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Lembaga
Penerapan metode TGT
ini diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk menerapkan model atau metode yang
lebih bervariasi bagi pengajar.
2.
Bagi Pengembangan Ilmu
Pengetahuan
Diharapkan penelitian ini
dapat menambah varian khazanah ilmu pengetahuan metode pengajaran IPA.
3.
Bagi Peneliti
Dengan menerapkan metode TGT
ini, peneliti dapat menjadikan pengalaman yang berharga untuk dapat diterapkan
di dunia pendidikan.
4.
Bagi siswa
Memberikan warna dan
suasana baru dalam belajar di kelas sehingga siswa merasa senang dan tidak
mudah bosan. Siswa juga termotivasi untuk menggali kreatifitas dan wawasannya
sendiri.
5.
Bagi guru
Hasil penelitian ini
diharapkan bias menjadi salah satu pertimbangan guru mata pelajaran IPA
dalam menentukan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar
mengajar yang efektif.
6.
Bagi masyarakat
Diharapkan
hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat, khususnya guru SD, untuk mencoba menerapkan pembelajaran metode TGT
yang bisa diterapkan pada pembelajaran anak.
Dokumen ini dalam bentuk Microsoft
Word 2007. Anda bisa mendapatkan full dokumen PTK ini dengan memesan melalui sms ke
085-294-176-789. Kemudian mentransfer biaya pengiriman
sebesar Rp. 50.000 ke nomor rekening BNI 0330900914. Setelah itu, dokumen segera dikirim ke alamat email anda.
Full dokumen berisi:
1.
Bagian awal (halaman judul, halaman Pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, abstrak)
2.
Bab 1 – 5
3.
Lampiran
1 : Surat Permohonan Izin Penelitian
4.
Lampiran
2 : Surat Izin Penelitian
5.
Lampiran
3 : Berita Acara Seminar PTK
6.
Lampiran
4 : Daftar Nama Siswa
7.
Lampiran
5 : Daftar Hadir Siswa
8.
Lampiran
6 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Pra Siklus
9.
Lampiran
7 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus I
10.
Lampiran
8 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus II
11.
Lampiran
9 : Materi Pembelajaran
12. Lampiran 10 : Lembar Observasi Kinerja Guru Pra Siklus
13. Lampiran 11 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I
14. Lampiran 12 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II
15. Lampiran 13 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Pra Siklus
16. Lampiran 14 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus I
17. Lampiran 15 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus II
18.
Lampiran
16 : Lembar Kerja Siswa Pra
Siklus
19.
Lampiran
17 : Lembar Kerja Siswa Siklus I
20.
Lampiran
18 : Lembar Kerja Siswa Siklus II
21.
Lampiran
19 : Riwayat Penulis
22.
Lampiran 20 :
Foto Kegiatan
0 comments:
Post a Comment