Monday, July 25, 2016

PENERAPAN MODEL-THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI KEGUNAAN ENERGI LISTRIK DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SISWA KELAS VI SD …. TAHUN PELAJARAN ….



BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang Masalah
Kehidupan bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika kualitas pendidikan rendah, maka akan berakibat pada rendahnya kualitas kehidupan bangsa. Berdasarkan kenyataan yang ada, bisa dilihat Indonesia dibandingkan dengan Negara lain yang telah memiliki kualitas pendidikan yang baik, akan tampak jelas adanya perbedaan kualitas kehidupan. Pendidikan di Indonesia saat ini masih rendah, maka wajar apabila kualitas kehidupan berbangsa juga masih rendah. Kualitas pendidikan menunjukkan tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sumber daya manusia. Sedangkan kualitas kehidupan menunjukkan bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungannya dan bagaimana mereka mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang baik manusia mampu menciptakan teknologi yang semakin canggih. Teknologi yang canggih akan mempermudah manusia mengatasi masalah-masalahnya dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya. Ini berarti kehidupan mereka dapat berjalan lebih mudah dan terorganisir. Dan sebaliknya, ketika kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki manusia masih rendah dan sangat terbatas, hal ini akan berpengaruh pada buruknya pola kehidupan mereka.
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa akan terjalin hubungan yang saling berkaitan antara satu hal dengan hal lain. Dalam hal ini agar kualitas kehidupan bisa menjadi lebih baik adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Sedangkan agar mampu memperbaiki kualitas pendidikan perlu dicermati masalah apa yang menyebabkan kualitas pendidikan itu rendah. Kualitas pendidikan yang rendah dapat disebabkan karena banyak faktor. Faktor- faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kualitas pendidikan yang baik menjadi persoalan bagi bidang pendidikan. Setelah mengetahui persoalan pendidikan tersebut, maka harus dipikirkan bagaimana penyelesaiaannya agar kualitas pendidikan bisa manjadi lebih baik. Persoalan dalam dunia pendidikan ada berbagai macam, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai dengan masalah yang kompleks. Persoalan pendidikan tersebut saling berkaitan. 
Salah satu persoalan yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah rendahnya mutu proses pembelajaran. Pendidikan di Indonesia cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana siswa berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini, guru lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, dengan menggunakan model konvensional yang monoton. Baik buruknya hasil belajar diukur dari tes soal pada ujian akhir nasional. Proses pembelajaran dikejar dan diarahkan supaya siswa bisa mengejar target nilai. Siswa terus dipacu untuk belajar ekstra.
Akhirnya, aktivitas guru lebih dominan daripada siswa, sehingga seringkali dalam proses pembelajaran, siswa hanya menghafal ilmu pengetahuan yang disampaikan guru, bukan memahaminya. Proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang membosankan dan tak menyenangkan. Ditambah lagi, prestasi melalui proses persaingan antar murid yaitu perengkingan untuk menentukan murid terbaik. Seakan-akan pendidikan hanya menjadi tempat mencari nilai tertinggi, bukan sebagai tempat belajar untuk memahami dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan. Selain itu keberhasilan pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal materi. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam materinya.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam hal ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Masalah inilah yang perlu untuk diperbaiki. Perbaikan proses pembelajaran yang selama ini telah berlangsung adalah dengan mengubah metode mengajar yang konvensional dengan model-model pembelajaran inovatif dan kreatif. Dalam perbaikan proses pembelajaran tentu saja guru adalah pemegang peranan yang sangat penting. Guru memiliki peran membentuk watak siswa dan mengembangkan potensi siswa dalam rangka membangunan pendidikan di Indonesia. Kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir jaman nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh teknologi secanggih apapun. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugas-tugas guru yang cukup komplek dan unik, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara kontinyu guru dapat meningkatkan kompetensinya. Guru dengan kompetensi tinggi adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga Ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah mendidik, mengajar, dan melatih siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, guru seyogyanya tidak hanya mampu mengajarkan pengetahuan dan mendidik siswa agar menjadi manusia yang berbudi luhur, tetapi juga guru harus mampu mengajarkan keterampilan hidup dan melatih siswa agar dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupannya di masyarakat. Hal ini berarti bahwa guru dituntut mampu menguasai bidang studi yang diampunya dan mengajarkannya pada siswa secara profesional. Oleh sebab itu, guru seyogyanya selalu melakukan penilaian terhadap kinerjanya sendiri, terutama dalam pembelajaran di kelas. Setelah itu guru akan dapat mengetahui bahwa pembelajarannya perlu diperbaiki atau tidak.
Dengan demikian, guru akan dapat secara terus-menerus berusaha melakukan perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari upaya guru dalam melakukan perbaikan kualitas proses pembelajaran.
Dengan perbaikan proses pembelajaran yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif diharapkan akan memperbaiki kualitas pendidikan. Karena dengan penerapan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif akan memberikan dampak positif. Antara lain, meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Proses pembelajaran akan berlangsung menarik dan tidak membosankan sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar. Penerapan model pembelajaran tersebut juga akan membuat siswa lebih aktif dan konsentrasi mereka lebih fokus pada pelajaran. Dengan penerapan pembelajaran yang inovatif dan kreatif diharapkan juga mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul karena proses pembelajaran yang buruk.
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di SD ….. khususnya siswa kelas VI, dapat dikatakan prestasi dalam pembelajaran IPA siswa relatif rendah. Hal ini terbukti dari rendahnya rata-rata nilai ulangan IPA siswa yaitu 6. Dari 10 siswa, hanya 1 siswa yang memenuhi nilai ketuntasan dan masih terdapat 9 siswa yang tidak memenuhi nilai ketuntasan. Sehingga presentase siswa yang lulus hanya 10% dan masih terdapat 90% siswa yang mendapat nilai dibawah nilai ketuntasan. 
Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut dianalisis peneliti sebagai akibat proses pembelajaran yang buruk. Berdasarkan uraian sebelumnya, salah satu cara memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan penerapan model pembelajaran inovatif dan kreatif. Pembelajaran yang inovatif dan kreatif tercermin dalam model pembelajaran koopertif (Sugiyanto, 2008: 8). Model pembelajaran kooperatif sendiri terdiri dari berbagai macam metode, salah satunya adalah metode Think-Pairs-Share (TPS). Think-Pairs-Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif terstruktur. Dimana dalam pelaksanannya mengandalkan kerja sama antara siswa dalam memecahkan masalah. Dalam pelaksanaan metode Think-Pairs-Share (TPS) guru menyajikan materi klasikal, memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku- sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, membuat skor perkembangan tiap siswa, dan mengumumkan hasil kuis. Lebih jelasnya berikut ini langkah-langkah penerapan metode tersebut :
a.    Guru membuka dengan salam dan menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b.    Guru menyajikan materi klasikal, kemudian menyampaikan permasalahan kepada siswa.
c.    Siswa diminta untuk berfikir (think) tentang permasalahan yang disampaikan guru.
d.   Siswa diminta berpasangan (pairs) dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan menggabungkan hasil pemikiran masing- masing.
e.    Guru memimpin pleno diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya (share).
f.     Guru memberi kesimpulan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
g.    Guru memberikan kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa dam mengumumkan hasil kuis.
h.    Penutup. 
           Dengan penerapan metode Think-Pairs-Share (TPS) akan dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Karena siswa akan berdiskusi dengan pasanganya (pairs) untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga berbagi (share) kepada teman-teman sekelasnya dengan mempresentasikan hasil diskusinya dengan pasangannya. Selain itu dengan penerapan metode ini siswa akan lebih menguasai materi, karena siswa harus berpikir (think) untuk menyelesaikan masalah yang ditugaskan kepadanya. Beberapa dampak positif metode ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas peserta didik. Penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu tindakan memperbaiki proses pembelajaran.
           Seberapapun bagusnya sebuah model pembelajaran, tidak akan bermanfaat banyak apabila guru dan sekolah tidak mempraktekkannya. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan. Dalam prakteknya, perlu diketahui bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Sehingga seorang guru perlu melakukan pengamatan atau penelitian untuk menentukan model pembelajaran yang sesuai diterapkan.
           Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model-Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Kegunaan Energi Listrik Dalam Kehidupan Sehari-Hari Siswa Kelas VI SD …. Tahun Pelajaran ….”.
1.2         Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mencari jawaban atas pertanyaan berikut ini:
1.    Apakah Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) dapat meningkatkan  kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari  kelas VI SD …. tahun pelajaran ….?
2.    Bagaimanakah proses pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan  kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VI SD ….tahun pelajaran ….?
1.3         Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:
1.    Mengetahui efektifitas Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan  kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari siswa  kelas VI SD …. tahun pelajaran …..
2.    Mendeskripsikan proses pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan  kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari  kelas VI SD …. tahun pelajaran …..
1.4         Kontribusi Hasil Penelitian
Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1)   Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap teori pembelajaran IPA di sekolah dasar khususnya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari.
2)   Manfaat Praktis
Dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, guru-guru kelas sekolah dasar, siswa sekolah dasar, dan peneliti-peneliti lain sebagai pemerhati perkembangan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar.
°       Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dipakai untuk mengetahui  efektifitas Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan  kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari  kelas VI SD ….  tahun pelajaran …..
°       Bagi guru-guru, laporan penelitian tindakan kelas ini menjadi bukti bahwa Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran di sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran IPA.
°       Bagi siswa kelas VI SD …. tahun pelajaran …., hasil penelitian ini memberikan solusi bagi masalah yang mereka hadapi dalam belajar khususnya dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengidentifikasi keguanaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari.
°       Bagi peneliti-peneliti lain, laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian-penelitian yang membahas topik yang sama.


Dokumen ini dalam bentuk Microsoft Word 2007. Anda bisa mendapatkan full dokumen PTK ini dengan memesan melalui sms ke 085-294-176-789. Kemudian mentransfer biaya pengiriman sebesar Rp. 50.000 ke nomor rekening BNI 0330900914. Setelah itu, dokumen segera dikirim ke alamat email anda.

Full dokumen berisi:
1.        Bagian awal (halaman judul, halaman Pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, abstrak)
2.        Bab 1 – 5
3.        Lampiran 1            : Surat Permohonan Izin Penelitian
4.        Lampiran 2            : Surat Izin Penelitian
5.        Lampiran 3            : Berita Acara Seminar PTK
6.        Lampiran 4            : Daftar Nama Siswa
7.        Lampiran 5            : Daftar Hadir Siswa
8.        Lampiran 6            : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pra Siklus
9.        Lampiran 7            : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
10.    Lampiran 8            : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
11.    Lampiran 9            : Materi Pembelajaran
12.    Lampiran 10          : Lembar Observasi Kinerja Guru Pra Siklus
13.    Lampiran 11          : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I
14.    Lampiran 12          : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II
15.    Lampiran 13          : Lembar Observasi Perilaku Siswa Pra Siklus
16.    Lampiran 14          : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus I
17.    Lampiran 15          : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus II
18.    Lampiran 16          : Lembar Kerja Siswa Pra Siklus
19.    Lampiran 17          : Lembar Kerja Siswa Siklus I
20.    Lampiran 18          : Lembar Kerja Siswa Siklus II
21.    Lampiran 19          : Riwayat Penulis
22.    Lampiran 20          : Foto Kegiatan



Related Posts:

0 comments:

Post a Comment