BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kehidupan bangsa sangat
dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika kualitas pendidikan rendah, maka akan
berakibat pada rendahnya kualitas kehidupan bangsa. Berdasarkan kenyataan yang
ada, bisa dilihat Indonesia dibandingkan dengan Negara lain yang telah memiliki
kualitas pendidikan yang baik, akan tampak jelas adanya perbedaan kualitas
kehidupan. Pendidikan di Indonesia saat ini masih rendah, maka wajar apabila
kualitas kehidupan berbangsa juga masih rendah. Kualitas pendidikan menunjukkan
tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sumber daya manusia. Sedangkan
kualitas kehidupan menunjukkan bagaimana mereka beradaptasi dengan
lingkungannya dan bagaimana mereka mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dengan kemampuan dan pengetahuan yang baik manusia mampu menciptakan teknologi
yang semakin canggih. Teknologi yang canggih akan mempermudah manusia mengatasi
masalah-masalahnya dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya. Ini berarti
kehidupan mereka dapat berjalan lebih mudah dan terorganisir. Dan sebaliknya,
ketika kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki manusia masih rendah dan sangat
terbatas, hal ini akan berpengaruh pada buruknya pola kehidupan mereka.
Berdasarkan uraian diatas
terlihat bahwa akan terjalin hubungan yang saling berkaitan antara satu hal
dengan hal lain. Dalam hal ini agar kualitas kehidupan bisa menjadi lebih baik
adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Sedangkan agar mampu
memperbaiki kualitas pendidikan perlu dicermati masalah apa yang menyebabkan
kualitas pendidikan itu rendah. Kualitas pendidikan yang rendah dapat
disebabkan karena banyak faktor. Faktor- faktor yang menyebabkan tidak
tercapainya kualitas pendidikan yang baik menjadi persoalan bagi bidang
pendidikan. Setelah mengetahui persoalan pendidikan tersebut, maka harus
dipikirkan bagaimana penyelesaiaannya agar kualitas pendidikan bisa manjadi
lebih baik. Persoalan dalam dunia pendidikan ada berbagai macam, mulai dari
hal-hal yang sederhana sampai dengan masalah yang kompleks. Persoalan
pendidikan tersebut saling berkaitan.
Salah satu persoalan yang
menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah rendahnya mutu proses
pembelajaran. Pendidikan di Indonesia cenderung sangat teoritik dan tidak
terkait dengan lingkungan di mana siswa berada. Akibatnya peserta didik tidak
mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini, guru lebih banyak mengejar
target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, dengan menggunakan model
konvensional yang monoton. Baik buruknya hasil belajar diukur dari tes soal
pada ujian akhir nasional. Proses pembelajaran dikejar dan diarahkan supaya
siswa bisa mengejar target nilai. Siswa terus dipacu untuk belajar ekstra.
Akhirnya, aktivitas guru lebih
dominan daripada siswa, sehingga seringkali dalam proses pembelajaran, siswa
hanya menghafal ilmu pengetahuan yang disampaikan guru, bukan memahaminya.
Proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang membosankan dan tak menyenangkan.
Ditambah lagi, prestasi melalui proses persaingan antar murid yaitu
perengkingan untuk menentukan murid terbaik. Seakan-akan pendidikan hanya
menjadi tempat mencari nilai tertinggi, bukan sebagai tempat belajar untuk
memahami dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan. Selain itu keberhasilan
pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal materi. Walaupun banyak
siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang
diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara
mendalam materinya.
Hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam hal ini,
siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa
mereka, dan bagaimana mencapainya. Masalah inilah yang perlu untuk diperbaiki.
Perbaikan proses pembelajaran yang selama ini telah berlangsung adalah dengan
mengubah metode mengajar yang konvensional dengan model-model pembelajaran
inovatif dan kreatif. Dalam perbaikan proses pembelajaran tentu saja guru
adalah pemegang peranan yang sangat penting. Guru memiliki peran membentuk
watak siswa dan mengembangkan potensi siswa dalam rangka membangunan pendidikan
di Indonesia. Kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir jaman nanti
tidak akan pernah dapat digantikan oleh teknologi secanggih apapun. Oleh sebab
itu, dalam melaksanakan tugas-tugas guru yang cukup komplek dan unik,
diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dan diharapkan secara kontinyu guru dapat meningkatkan
kompetensinya. Guru dengan kompetensi tinggi adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga Ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.
Salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru adalah mendidik, mengajar, dan melatih siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, guru seyogyanya tidak hanya mampu
mengajarkan pengetahuan dan mendidik siswa agar menjadi manusia yang berbudi
luhur, tetapi juga guru harus mampu mengajarkan keterampilan hidup dan melatih
siswa agar dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
kehidupannya di masyarakat. Hal ini berarti bahwa guru dituntut mampu menguasai
bidang studi yang diampunya dan mengajarkannya pada siswa secara profesional.
Oleh sebab itu, guru seyogyanya selalu melakukan penilaian terhadap kinerjanya
sendiri, terutama dalam pembelajaran di kelas. Setelah itu guru akan dapat
mengetahui bahwa pembelajarannya perlu diperbaiki atau tidak.
Dengan demikian, guru akan dapat
secara terus-menerus berusaha melakukan perbaikan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif. Guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah guru yang selalu
mencari dan menemukan hal-hal baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari upaya guru dalam melakukan perbaikan
kualitas proses pembelajaran.
Dengan perbaikan proses
pembelajaran yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif dan
kreatif diharapkan akan memperbaiki kualitas pendidikan. Karena dengan
penerapan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif akan memberikan dampak
positif. Antara lain, meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.
Proses pembelajaran akan berlangsung menarik dan tidak membosankan sehingga
siswa lebih termotivasi dalam belajar. Penerapan model pembelajaran tersebut
juga akan membuat siswa lebih aktif dan konsentrasi mereka lebih fokus pada
pelajaran. Dengan penerapan pembelajaran yang inovatif dan kreatif diharapkan
juga mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul karena proses pembelajaran
yang buruk.
Berdasarkan survey awal yang
telah dilakukan di SD ….. khususnya siswa kelas VI,
dapat dikatakan prestasi dalam pembelajaran IPA siswa relatif
rendah. Hal ini terbukti dari rendahnya rata-rata nilai ulangan IPA
siswa yaitu 6. Dari 10 siswa,
hanya 1 siswa yang memenuhi nilai ketuntasan
dan masih terdapat 9 siswa yang tidak memenuhi nilai
ketuntasan. Sehingga presentase siswa yang lulus hanya 10%
dan masih terdapat 90% siswa yang mendapat nilai dibawah
nilai ketuntasan.
Rendahnya prestasi belajar siswa
tersebut dianalisis peneliti sebagai akibat proses pembelajaran yang buruk.
Berdasarkan uraian sebelumnya, salah satu cara memperbaiki proses pembelajaran
adalah dengan penerapan model pembelajaran inovatif dan kreatif. Pembelajaran
yang inovatif dan kreatif tercermin dalam model pembelajaran koopertif
(Sugiyanto, 2008: 8). Model pembelajaran kooperatif sendiri terdiri dari
berbagai macam metode, salah satunya adalah metode Think-Pairs-Share (TPS).
Think-Pairs-Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif terstruktur.
Dimana dalam pelaksanannya mengandalkan kerja sama antara siswa dalam
memecahkan masalah. Dalam pelaksanaan metode Think-Pairs-Share (TPS) guru
menyajikan materi klasikal, memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja
kelompok dengan cara berpasangan sebangku- sebangku (think-pairs), presentasi
kelompok (share), kuis individual, membuat skor perkembangan tiap siswa, dan
mengumumkan hasil kuis. Lebih jelasnya berikut ini langkah-langkah penerapan
metode tersebut :
a. Guru
membuka dengan salam dan menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai
b. Guru
menyajikan materi klasikal, kemudian menyampaikan permasalahan kepada siswa.
c. Siswa
diminta untuk berfikir (think) tentang permasalahan yang disampaikan guru.
d. Siswa
diminta berpasangan (pairs) dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
menggabungkan hasil pemikiran masing- masing.
e. Guru
memimpin pleno diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
(share).
f. Guru
memberi kesimpulan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
g. Guru
memberikan kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa dam mengumumkan
hasil kuis.
h. Penutup.
Dengan penerapan metode
Think-Pairs-Share (TPS) akan dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas.
Karena siswa akan berdiskusi dengan pasanganya (pairs) untuk memecahkan masalah
yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga berbagi (share) kepada
teman-teman sekelasnya dengan mempresentasikan hasil diskusinya dengan
pasangannya. Selain itu dengan penerapan metode ini siswa akan lebih menguasai
materi, karena siswa harus berpikir (think) untuk menyelesaikan masalah yang
ditugaskan kepadanya. Beberapa dampak positif metode ini diharapkan dapat
memperbaiki kualitas peserta didik. Penerapan metode Think-Pair-Share (TPS)
merupakan salah satu tindakan memperbaiki proses pembelajaran.
Seberapapun bagusnya sebuah model
pembelajaran, tidak akan bermanfaat banyak apabila guru dan sekolah tidak
mempraktekkannya. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada
berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan. Dalam prakteknya, perlu
diketahui bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala
situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang
tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Sehingga seorang
guru perlu melakukan pengamatan atau penelitian untuk menentukan model
pembelajaran yang sesuai diterapkan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan
Model-Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengidentifikasi
Kegunaan Energi Listrik Dalam Kehidupan Sehari-Hari Siswa Kelas VI SD …. Tahun Pelajaran ….”.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam
penelitian ini peneliti mencoba mencari jawaban atas pertanyaan berikut ini:
1.
Apakah Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share
(TPS) dapat
meningkatkan kemampuan mengidentifikasi
kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari kelas VI SD …. tahun
pelajaran ….?
2.
Bagaimanakah proses pembelajaran Pembelajaran
Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi
listrik dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VI SD ….tahun pelajaran ….?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:
1.
Mengetahui efektifitas Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi
listrik dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VI SD …. tahun
pelajaran …..
2.
Mendeskripsikan proses pembelajaran Pembelajaran
Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi
listrik dalam kehidupan sehari-hari kelas VI SD …. tahun
pelajaran …..
1.4
Kontribusi Hasil Penelitian
Ada dua
manfaat dalam penelitian ini, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1)
Manfaat Teoritis
Secara umum
penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap teori
pembelajaran IPA di sekolah dasar khususnya untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengidentifikasi kegunaan energi listrik
dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Manfaat Praktis
Dari segi
praktis, penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, guru-guru kelas sekolah dasar, siswa sekolah dasar, dan
peneliti-peneliti lain sebagai pemerhati perkembangan pembelajaran bahasa
indonesia di sekolah dasar.
°
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dipakai untuk mengetahui efektifitas Pembelajaran Kooperatif Model
Think-Pairs-Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi kegunaan energi
listrik dalam kehidupan sehari-hari kelas VI SD …. tahun pelajaran …..
°
Bagi guru-guru, laporan penelitian tindakan kelas ini
menjadi bukti bahwa Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pairs-Share (TPS) dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran di sekolah dasar, khususnya
dalam mata pelajaran IPA.
°
Bagi siswa kelas VI SD …. tahun pelajaran …., hasil
penelitian ini memberikan solusi bagi masalah yang mereka hadapi dalam belajar khususnya
dalam meningkatkan
kemampuan mereka dalam mengidentifikasi keguanaan energi listrik
dalam kehidupan sehari-hari.
°
Bagi peneliti-peneliti lain, laporan penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian-penelitian
yang membahas topik yang sama.
Dokumen ini dalam bentuk Microsoft
Word 2007. Anda bisa mendapatkan full dokumen PTK ini dengan memesan melalui sms ke
085-294-176-789. Kemudian mentransfer biaya pengiriman
sebesar Rp. 50.000 ke nomor rekening BNI 0330900914. Setelah itu, dokumen segera dikirim ke alamat email anda.
Full dokumen berisi:
1.
Bagian awal (halaman judul, halaman Pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, abstrak)
2.
Bab 1 – 5
3.
Lampiran
1 : Surat Permohonan Izin Penelitian
4.
Lampiran
2 : Surat Izin Penelitian
5.
Lampiran
3 : Berita Acara Seminar PTK
6.
Lampiran
4 : Daftar Nama Siswa
7.
Lampiran
5 : Daftar Hadir Siswa
8.
Lampiran
6 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Pra Siklus
9.
Lampiran
7 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus I
10.
Lampiran
8 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus II
11.
Lampiran
9 : Materi Pembelajaran
12. Lampiran 10 : Lembar Observasi Kinerja Guru Pra Siklus
13. Lampiran 11 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I
14. Lampiran 12 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II
15. Lampiran 13 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Pra Siklus
16. Lampiran 14 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus I
17. Lampiran 15 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus II
18.
Lampiran
16 : Lembar Kerja Siswa Pra
Siklus
19.
Lampiran
17 : Lembar Kerja Siswa Siklus I
20.
Lampiran
18 : Lembar Kerja Siswa Siklus II
21.
Lampiran
19 : Riwayat Penulis
22.
Lampiran 20 :
Foto Kegiatan
0 comments:
Post a Comment