BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pergeseran paradigma dalam
pendidikan yang semula terpusat menjadi desentralisasi membawa konsekuensi
dalam pengelolaan, pendidikan khususnya di tingkat sekolah. Pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah yang
secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pendidikan. Kebijakan tersebut dapat dimaknai sebagai pemberian otonom yang
seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk di dalam
berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model-model pembelajaran. Kondisi
ini sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk meningkatkan
kualitas mutu pendidikan. Karena salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia adalah pendidikan, sehingga kualitas pendidikan harus
senantiasa ditingkatkan (Mulyasa, 2003:1).
Berbicara tentang bahasa,
berarti berbicara tentang alat komunikasi. Kita tidak dapat berinteraksi dengan
orang lain tanpa bahasa. Oleh karena itu, mempelajari bahasa sangat penting.
Hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk homo socius yang juga
butuh berinteraksi dengan manusia lainnya, baik balam batasan regional maupun
internasional (Depdiknas, 2006: 402). Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
digunakan dalam masyarakat sebagai media komunikasi dengan orang lain.
Pembelajaran bahasa Indonesia
di tingkat pendidikan dasar dilaksanakan dengan tujuan agar siswa menguasai
keterampilan-keterampilan berikut:
1.
Berkomunikasi secara efektif dan
efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2.
Menghargai dan bangga menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3.
Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4.
Menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
5.
Menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6.
Menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Sedangkan keterampilan
berbahasa Indonesia terdiri dari membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
Akan tetapi hasil observasi terhadap pra siklus, mereka masih sering
mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan-keterampilan berbahasa ini
dikarenakan kurang sesuainya metode dan strategi pembelajaran yang dipilih oleh
guru. Maka seorang guru diharapkan lebih kreatif dalam memilih metode agar
siswa tertarik dengan materi yang diajarkan sehingga siswa juga akan merasa
lebih mudah dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang disajikan.
Namun, berdasarkan hasil
observasi pada kondisi awal dapat diketahui bahwa siswa tampak memperhatikan
penjelasan guru akan tetapi beberapa waktu kemudian siswa mulai ramai. Ada yang
menggambar ada juga yang berbincang-bincang dengan temannya. Dari jumlah siswa
25 orang, hanya ± 50% saja yang siap untuk belajar, aktif dalam
apersepsi, antusias terhadap kegiatan pembelajaran, ingin bertanya, dan
mengungkapkan pendapat. Sedangkan untuk kriteria menjawab sapaan guru dengan
salam, antusiasme terhadap materi pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru,
dan kejujuran siswa dalam mengerjakan tes terdapat ± 75% siswa sudah
memperlihatkannya.
Pada kondisi awal memang banyak
siswa yang kurang semangat mengikuti pelajaran. Terlihat dari sebagian besar
siswa yang bermalas-malasan. Hal tersebut dikarenakan mereka belum sepenuhnya
mampu mengikuti pelajaran. Berdasarkan hasil tes, kemampuan siswa dalam
menyimak cerpen masih tergolong rendah. Hasil analisis terhadap hasil belajar
siswa menyatakan bahwa 1 orang
siswa (4%) memperoleh nilai 80, 4 orang siswa (16%) memperoleh nilai 70, 14
orang siswa (56%) memperoleh nilai 60, 4 orang siswa (16%) yang memperoleh
nilai 50, dan 2 orang siswa (8%) mendapat nilai 40. Hal ini menunjukkan bahwa dari 25 orang siswa
kelas V SD … hanya 5 orang saja yang mendapat nilai ≥ 70. Ini berarti bahwa
ketuntasan belajar hanya 20% saja dengan tingkat penguasaan
materi 59,2%.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti, terdapat beberapa fakta yang diperoleh, yaitu:
1.
Pada kondisi awal siswa
masih terlihat kurang fokus terhadap materi.
2.
Nilai siswa pada kondisi
awal masih rendah, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang
ditentukan sekolah.
Salah satu metode yang dapat
dipakai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah metode audiolingual. Metode
audiolingual merupakan metode yang menggunakan drill dengan menekankan repetition
(pengulangan) dalam pelaksanaannya. Menurut Zuhairini dkk (1983: 107),
kelebihan metode ini adalah siswa dapat memperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan dalam waktu relatif singkat. Pengajarannya
dilakukan dalam proses berlanjut, menggunakan proses pengayaan untuk
menciptakan kebiasaan berbahasa siswa.
Berkaitan dengan fenomena di
atas peneliti tertarik untuk menerapkan metode audiolingual ini sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak cerpen. Penelitian ini akan
dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “PENERAPAN
METODE AUDIO-LINGUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA PENDEK ANAK siswa kelas v sd … tahun pelajaran 2013/2014”.
B.
Rumusan
Masalah
Adupun pokok permasalahan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses
pembelajaran dengan menerapkan metode audiolingual dalam meningkatkan kemampuan
menyimak cerita pendek anak siswa kelas V SD … tahun pelajaran 2013/2014?
2.
Apakah metode audiolingual
dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita pendek anak siswa kelas V SD ….
tahun pelajaran 2013/2014?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1.
Mendeskripsikan
pembelajaran dengan menerapkan metode audiolingual dalam meningkatkan kemampuan
menyimak cerita pendek anak siswa kelas V SD …. tahun pelajaran 2013/2014?
2.
Mengetahui efektivitas
metode audiolingual dalam meningkatkan kemampuan menyimak cerita pendek anak
siswa kelas V SD … tahun pelajaran 2013/2014.
D. Kontribusi
Hasil Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Lembaga
Penerapan metode
audiolingual ini diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk menerapkan model
atau metode yang lebih bervariasi bagi pengajar.
2.
Bagi Pengembangan Ilmu
Pengetahuan
Diharapkan penelitian ini
dapat menambah varian khazanah ilmu pengetahuan metode pengajaran bahasa
Indonesia.
3.
Bagi Peneliti
Dengan menerapkan metode
audiolingual ini, peneliti dapat menjadikan pengalaman yang berharga untuk
dapat diterapkan di dunia pendidikan.
4.
Bagi siswa
Memberikan warna dan
suasana baru dalam belajar di kelas sehingga siswa merasa senang dan tidak
mudah bosan. Siswa juga termotivasi untuk menggali kreatifitas dan wawasannya
sendiri.
5.
Bagi guru
Hasil penelitian ini
diharapkan bisa menjadi salah saatu pertimbangan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia dalam menentukan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses
belajar mengajar yang efektif.
6.
Bagi masyarakat
Diharapkan hasil penelitian
ini dapat dikembangkan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, khususnya
guru SD, untuk mencoba menerapkan pembelajaran metode audiolingual yang bisa
diterapkan pada bahasa.
Dokumen ini dalam bentuk Microsoft
Word 2007. Anda bisa mendapatkan full dokumen PTK ini dengan memesan melalui sms ke
085-294-176-789. Kemudian mentransfer biaya pengiriman
sebesar Rp. 50.000 ke nomor rekening BNI 0330900914. Setelah itu, dokumen segera dikirim ke alamat email anda.
Full dokumen berisi:
1.
Bagian awal (halaman judul, halaman Pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, abstrak)
2.
Bab 1 – 5
3.
Lampiran
1 : Surat Permohonan Izin Penelitian
4.
Lampiran
2 : Surat Izin Penelitian
5.
Lampiran
3 : Berita Acara Seminar PTK
6.
Lampiran
4 : Daftar Nama Siswa
7.
Lampiran
5 : Daftar Hadir Siswa
8.
Lampiran
6 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Pra Siklus
9.
Lampiran
7 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus I
10.
Lampiran
8 : Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus II
11.
Lampiran
9 : Materi Pembelajaran
12. Lampiran 10 : Lembar Observasi Kinerja Guru Pra Siklus
13. Lampiran 11 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I
14. Lampiran 12 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II
15. Lampiran 13 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Pra Siklus
16. Lampiran 14 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus I
17. Lampiran 15 : Lembar Observasi Perilaku Siswa Siklus II
18.
Lampiran
16 : Lembar Kerja Siswa Pra
Siklus
19.
Lampiran
17 : Lembar Kerja Siswa Siklus I
20.
Lampiran
18 : Lembar Kerja Siswa Siklus II
21.
Lampiran
19 : Riwayat Penulis
22.
Lampiran 20 :
Foto Kegiatan
0 comments:
Post a Comment